anda pengunjung ke

Sunday, June 29, 2014

MAHABHARATA

GATOTKACHA

Sang Bhima dibawa terbang ke gunung Srngga. Maka lalu berhias diri, segala sesuatunya menyebabkan rupanya merindukan;
segala macam pakaian yang utama dikenakannya.
Karena itu Sang Bhima merasa senang, lalu berjalan-jalan di tempat yang sangat ramainya, tempat itu didatangi berdua.
Masuk taman dalam hutan itu, sampai di asrama, di gunung, habis didatanginya.
Mereka merasa senang. Akhirnya ia bercumbuan dengan sang Hidimbi,
dan berputera seorang (berbadan) raksasa,
tiksnadamstra taringnya tajam,
sutamranetra matanya merah,
mahawaktra mulutnya lebar,
sangkukarna telinganya seperti lipung (tombak),
mahatanuh badannya besar,
mahajothawa perutnya (pun) besar,
mahabalah sangat saktinya dan kuat pula.
Balo ‘pi yauwanam praptah karena anak lahir di hutan (menyebabkan) tiada takut akan segala macam bahaya.
Agrastah tiada kurang sedikitpun kebagusan perangainya,
manojawah jalannya sangat kencang, sama dengan jalan pikiran, kesaktiannya bagai kesaktian raksasa.
Maka anak itu menyembah ke pada ibu dan bapanya.
Ghatopamah kacokesi lagi pula kelihatan rambutnya lebat tidak teratur, sanggulnya seperti ghata (periuk)
Tasmad Ghatotkaca maka diberinya nama Ghatotkaca.
Sangat moleknya, diramalkan Batara Indra, kelak akan mendapatkan lipung Sang Karna.
Demikianlah anak Sang Bhima itu.
Sesudah sang Hidimbi berputera itu lalu kembali ke tempat Dewi Kunti diiringkan oleh Sang Bhima dan sang Ghatotkaca.
Bertemulah empat orang Pandawa dalam pesta, tiada kurang sedikitpun berkat kebesaran jiwa sang Hidimbi.
kemudian datanglah Ghatotkaca minta supaya diberi petunjuk barang sesuatu yang baik dikerjkan dalam keadaan bahaya yang mungkin terjadi.
Sesudah menyembah dan minta diri ke pada Dewi Kunti dan lima orang Pandawa, iapun pergi bersama dengan ibunya.
Sang Pandawa ditinggalkannya.
Bahasa Jawa Kuna dan Indonesia oleh P.J. Zoetmulder, penerbit Paramita – Surabaya 2006 (bab XV- hal 232)

DINASTI YADAWA

Dinasti Yadawa

Yadawa adalah ras keturunan Yadu dari dinasti Candra yang juga nenek moyang Kresna. Ras/wangsa Yadawa merupakan penggembala sapi yang kemudian membentuk kerajaan yang disebut Dwaraka (kini disebut Gujarat, India).
Asal usul Wangsa Yadawa
Menurut mitologi dan pustaka suci Hindu Kuno, Yadawa merupakan keturunan dari Yadu, salah satu putera Raja Yayati. Ia tidak diperbolehkan mewarisi kerajaan ayahnya karena menolak keinginan ayahnya. Kemudian Yadu dan keturunannya membangun kerajaan mereka di sebuah tempat yang dianggap sebagai Jambudwipa dalam susastra Hindu.
Stephen Knapp mencari hubungan antara Yadawa dengan Yahudi (Jews). Menurutnya, orang Yunani menyebut Yahudi sebagai Judeos, atau Jah Deos, atau Yadawas, yang berarti “orang Ya” atau “keturunan dari Yadu”, salah satu putera Yayati
Kerajaan Wangsa Yadawa
Kerajaan Surasena (Kerajaan yang merupakan kampung halaman Wasudewa Kresna) adalah sebuah kerajaan Wangsa Yadawa yang muncul dalam kisah epik Mahabharata. Ibukota kerajaan Surasena bernama Mathura, didirikan oleh Satrughna, adik Raja Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala pada zaman Treta Yuga. Ia mendirikan kerajaan tersebut setelah mengalahkan Raja Asura — Madhu — yang tinggal di sebuah hutan bernama hutan Madhu, sesuai dengan namanya. Pada zaman Dwapara Yuga, kerajaan ini diambil alih kekuasaanya dari keturunan Satrughna oleh Wangsa Yadawa. Kota Mathura yang merupakan ibukota kerajaan tersebut kini terletak di Uttar Pradesh.
Raja yang terkenal adalah Kamsa (dalam Mahabharata), yang sempat memerintah di Kerajaan Surasena. Karena Kamsa lalim, ia dibunuh oleh Kresna, putra Wasudewa. Setelah itu Kresna mengambil alih pemerintahan Surasena. Ketika invasi Raja Jarasanda, wangsa Yadawa mengungsi ke Dwarka dan mendirikan kerajaan di sana, bernama Kerajaan Dwaraka.
Kerajaan Dwaraka (Kerajaan yang didirikan Wasudewa Kresna) adalah sebuah kerajaan yang didirikan wangsa Yadawa setelah melepaskan diri dari Kerajaan Surasena karena diserbu oleh raja Jarasanda dari Magadha. Kerajaan ini diperintah oleh Krishna Wasudewa selama zaman Dwapara Yuga. Wilayah Kerajaan Dwaraka meliputi Pulau Dwaraka, dan beberapa pulau tetangga seperti Antar Dwipa, dan sebagian wilayahnya berada di darat dan berbatasan dengan negeri tetangga yaitu Kerajaan Anarta. Wilayah tersebut terlihat seperti negara Yunani yaitu negeri dengan pulau-pulau kecil dan sebagian berupa wilayah daratan. Kerajaan Dwaraka kira-kira terletak di sebelah Barat Laut Gujarat. Ibukotanya bernama Dwarawati (dekat Dwarka, Gujarat).
Kerajaan Kunt, (Kerajaan yang merupakan kampung halaman Dewi Kunti, Ibu para Pandawa) Dalam kisah epik Mahābhārata, Kerajaan Kunti merupakan kerajaan yang diperintah oleh Kuntibhoja, salah satu Raja yang terkemuka di antara para Raja dari Dinasti Bhoja-Yadawa.
Kunti, Ibu dari Pandawa dan istri pertama Pandu, merupakan puteri yang diadopsi oleh Raja Kuntibhoja. Nama sebenarnya adalah Pritha, dan ia merupakan adik Wasudewa, ayah Sri Kresna. Kerajaan Kunti bertetangga dengan Kerajaan Awanti. Kerajaan Kunti dianggap Kerajaan Awanti utara.
Kerajaan Saurashtra merupakan salah satu dari kelompok kerajaan Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Kerajaan lain yang termasuk dalam kelompok tersebut meliputi: Kerajaan Chedi, Kerajaan Dasarna, Kerajaan Surasena atau Kerajaan Wraja, Kerajaan Karusha, Kerajaan Kunti, Kerajaan Awanti, Kerajaan Malawa, Kerajaan Gurjara, Kerajaan Anarta, Kerajaan Dwaraka, Kerajaan Heheya, dan Kerajaan Widarbha.
Kerajaan ini berada di sekitar wilayah semenanjung di Gujarat. Nama semenanjung yang merupakan wilayah Gujarat Selatan, juga bernama Saurashtra.
Kerajaan Heheya (Kerajaan yang dipimpin Raja Kartawirya Arjuna)(juga disebut Haiheya, Haihaya, Heiheya, dll.) merupakan salah satu kerajaan yang diperintah oleh Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Kerajaan tersebut bersekutu dengan Talangjaha, terletak di sebelah timur. Kerajaan Heheya merupakan salah satu kerajaan wangsa Yadawa yang sulit ditaklukkan, dipimpin oleh pemimpin kuat — Kartawirya Arjuna — yang pernah mengalahkan Rakshasa Rawana. Ibukotanya bernama Mahishmati (di masa kini disebut Maheswar di Madhya Pradesh), terletak di tepi sungai Narmada di Madhya Pradesh. Kerajaan ini menaklukkan kerajaan lain di daratan India. Hanya seorang Brāhmana ksatria yang bernama Bhargawa yang berani menentang kekuasaanya
Kerajaan Nishadha merupakan kerajaan Raja Nala, yang mencintai dan menikahi Damayanti, puteri dari Kerajaan Widarbha. Pada masa sekarang, daerah Gwalior di Madhya Pradesh dianggap sebagai bekas kerajaan tersebut. Kerajaan Nishadha terhubung dengan Kerajaan Dasarna, Kosala dan Widarbha dalam jalur perdagangan.
Kerajaan Gurjara (disebut juga: Gujjars, Go Rashtra, Gopas, Gopa Rashtra, Go Jana Rashtra, dll.) merupakan salah satu kerajaan yang diperintah oleh para Raja dari Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat.
Dalam Mahābhārata, kerajaan tersebut muncul sebagai Gopa Rashtras dan Gopas. Mereka ikut berpartisipasi dalam perang di Kurukshetra dan memihak Duryodana, namun memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan Wasudewa Kresna. Gurjaras atau Gujjars kemudian menghuni lembah timur Aravalli di Rajasthan. Akhirnya beberapa suku bermigrasi ke sebuah daerah yang kini disebut Gujarat, setelah mengganti nama Gujarasrtra atau Gujarat menjadi Gujarat, negara bagian modern di India.
Kerajaan Karusha merupakan salah satu kerajaan yang diperintah oleh para Raja dari Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Kerajaan tersebut terletak di sebelah selatan Kerajaan Chedi. Raja Karusha, Dantawaktra, dibunuh oleh Wasudewa Krishna. Kerajaan Karusha diidentifikasi sebagai Distrik Datia di Madhya Pradesh, India.
Kerajaan Chedi(Kerajaan yang dipimpin Sisupala, musuh bebuyutan Sri Kresna)  (चेदि) merupakan kerajaan Wangsa Paurawa yang kemudian diambil alih kekuasaanya oleh Wangsa Yadawa. Selayaknya kerajaan Yadawa lainnya, kerajaan ini terletak di bagian India Tengah dan barat, dan merupakan salah satu kerajaan di Bharatawarsa (Daratan India kuno). Raja yang memerintah di Chedi dalam kisah epik Mahabharata adalah Sisupala, sekutu Jarasanda dari Kerajaan Magadha, dan Duryodana dari Hastina. Sisupala kemudian dibunuh oleh Kresna, musuhnya bebuyutannya, dalam upacara Rajasuya
Kerajaan Dasarna merupakan salah satu kerajaan yang diperintah oleh Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Kerajaan ini terletak di selatan Chedi dan Panchala, di sebelah utara Madhya Pradesh. Di wilayah India Barat, ada kerajaan Dasarna lain bersama dengan Siwi, Trigarta, Malawa Barat dan Amwastha, di provinsi Punjab, Pakistan.
Dalam Mahabharata, Srikandi — pangeran Panchala — menikahi puteri Raja Dasarna. Namun Srikandi seorang waria. Hal ini menimbulkan pertentangan antara kerajaan Dasarna dan Kerajaan Panchala.
Kerajaan Awanti merupakan salah satu kerajaan Wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Didirikan oleh salah satu Raja Wangsa Yadawa. Ujjayani (Ujjain, Madhya Pradesh) adalah ibukotanya, di sisi sungai Kshipra, cabang dari sungai Charmanuati, yang merupakan cabang sungai Gangga. Kota Ujjayani di masa lampau sekarang dikenal sebagai Ujjain, kota yang ramai di Madhya Pradesh. Wasudewa Krishna dan Balarama menuntut ilmu di Ujjayani, yang mungkin merupakan kota Wangsa Yadawa yang terkenal sekaligus merupakan pusat pendidikan.
Kerajaan Malawa merupakan salah satu kerajaan yang diperintah oleh para Raja dari wangsa Yadawa di India Tengah dan Barat. Kadangkala Awanti dan Malawa dianggap sebagai negeri yang sama. Mereka asalnya dari suku bangsa di sebelah barat, di provinsi Punjab, Pakistan. Kemudian bermigrasi ke wilayah Rajasthan dan Madhya Pradesh di India. Dalam catatan sejarah India, disebutkan adanya suku para Raja yang disebut Malawa. Mereka diyakini sebagai keturunan Malawa.

Bertanam Markisa


Tanaman markisa (passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut sekurang-kurangnya 50 diantaranya dapat dikonsumsi buahnya. Diantara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar negeri adalah passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow granadilla fruit atau meracuja.
Jenis tanaman markisa yang dimaksud dalam lending model ini adalah markisa asam untuk industri yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims)
Lokasi
Tanaman markisa merupakan tanaman subtropis, sehingga jika ditanam di Indonesia harus di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 – 90%, suhu lingkungan antara 20 – 30oC, tidak banyak angin.
Tanah
Tanaman markisa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama pada yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 – 7,5 dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman markisa adalah dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih harus dibuat terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.
Pembibitan
Tanaman jenis tanaman yang umum dibudidayakan oleh petani adalah jenis markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini mempunyai batang yang kecil, perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang mempunyai batang yang cukup besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya kurang disukai karena rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh karena itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata hasilnya cukup memuaskan.
Dalam model kelayakan usaha budidaya markisa ini disarankan agar plasma menanam markisa dengan bibit sambungan dan untuk semua besaran teknis yang diberikan berikut ini, ditunjukkan untuk budidaya tanaman markisa.
Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah, yaitu kegiatan mulai dari land clearing sampai lahan siap tanam. Untuk kegiatan tersebut diperlukan tenaga kerja sekitar 95 HOK per ha. Selanjutnya di buat lubang tanaman dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Untuk pembuatan lubang tersebut 1 HOK dapat menyelesaikan 30 lubang perhari.
Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per ha.
Tanaman markisa adalah tanaman merambat, untuk itu perlu dibuatkan tiang rambatan. Tiang rambatan dapat dibuat dari pohon hidup, misalnya lamtoro, tonggak kayu atau bambu. Cara rambatan lain dengan menggunakan kawat yaitu diantara dua tiang disambungkan sebuah kawat rambatan yang berdiameter berkisar 3 mm.
Sesuai hasil penellitian yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Hortikultura Berastagi, penggunaan tiang rambatan dengan pucuk bambu (tanpa kawat) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman markisa serta jumlah buah dan berat buah per pohon dibandingkan dengan tiang rambatan dengan penggunaan kawat (sistem para-para tiang jemuran dan sistem memakai kawat).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan interval 3 kali per tahun pada bulan November s/d Mei. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk makro, yaitu urea dengan dosis 800 – 900 gram/pohon/tahun, TSP yaitu 60 – 120 gram/pohon/tahun dan KCl dengan dosis 800 – 1.200 gram/pohon per tahun, tergantung dari umur tanaman. Untuk tanah yang masam sebaiknya diberi dolomit dengan dosis 200 – 500 gram per pohon per tahun. Selain itu diperlukan juga pupuk organik yang diberikan dengan dosis 40 kg per pohon per tahun. Pupuk organik biasanya di berikan sebagai pupuk dasar diberikan sebagai pupuk dasar.
Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan tersebut adalah 8 – 12 HOK per ha per tahun, untuk pemupukan.
Plant Maintenance
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah kegiatan penyiangan, pengairan dan pemangkasan tanaman. Penyiangan tanaman dilakukan secara berkala untuk menggemburkan tanah dan mencabut rumput yang ada disekitar tanaman.
Pembersihan air secara teratur pada tanaman sangat dianjurkan, terutama pada saat tanaman berbunga dan berbuah. Kebutuhan air akan meningkat pada saat mendekati pemasakan buah. Jika pada saat buah itu tanaman kekurangan air, buah akan berkerut dan jatuh sebelum masak.
Pemangkasan tanaman diperlukan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru tempat dimana bunga akan muncul. Kegiatan ini dilakukan segera setelah selesai panen.
Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan tanaman diperkirakan antara 15 – 18 HOK per ha per tahun tergantung dari umur tanaman.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Tanaman markisa sangat rentan terhadap nematoda, khususnya yang jenis ungu (edulis), sedangkan yang kuning (flavicarpa) cukup resisten. Serangan nemotoda akan mempercepat kematian tanaman. Selain nematoda, beberapa jenis penyakit seperti Fusarium Wilt (Fisarium oxysporum f. sp. Passiflrae). Phytophthora Blight (Phytopthora nicotianae) dan bercak coklat (Alternaria passiflorse) serta hama bekicot yang dapat berkembang baik di daerah dingin, juga menyerang tanaman ini. Beberapa jenis pestisida yang banyak digunakan antara lain adalah insektisida : Perfekthion 400 EC, Tiodan 35 EC dan Rhocap 10 G, fungisida : Dithane M 45 dan Vitigran Blue serta nemotocida : Nemacur 400 R. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan kondisi serangan hama penyakit, namun demikian secara normal diperkirakan antara 20 – 25 HOK per ha per tahun.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah setelah berumur 9 – 10 bulan, sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal, yaitu sekitar 7 bulan. Warna buah yang pada mulanya berwarna hijau muda, akan berubah menjadi ungu tua (edulis) atau kuning (flavicarpa) ketika masak. Sejak pembungaan diperlukan waktu 70 – 80 hari untuk menjadi buah masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik, buah markisa harus dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah markisa ungu mempunyai rasa lebih manis dan beraroma lebih kuat dari pada markisa kuning. Kandungan karbohidrat dan asam-asam organik kedua jenis markisa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Produksi markisa ungu dari perkebunan rakyat bervariasi antara 5 – 10 ton ha per tahun, padahal produksi tersebut dapat ditingkatkan sampai 15 ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara markisa kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas, produksi markisa diharapkan akan meningkat antara 20 – 30 ton per ha per tahun
Sumber :
1. Jagtiani, J H.T Chan Jr and W.S Sakai 1988. Tropical Fruit Processing. Academic Press. Inc San Diego, California, USA.
2. Ashurst, P. R 1995 Food Flavourings Blackie Academic & Professional. Bishopbriggs, Glascow, UK.
Pasca Panen 
Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar atau sari buah berbeda. Buah markisa termasuk buah klimaterik, untuk itu jika buah tersebut akan dijual sebagai buah segar, sebaiknya buah panen pada saat persentase warna ungu mencapai 50 – 70% dan disisakan tangkai buah ± 3 cm. Buah tersebut harus dijaga kenampakan kulit buahnya, yaitu tetap mulus, tidak berkeriput. Buah markisa dapat disimpan selama 4 – 5 minggu pada suhu 70C dan kelembaban nisbi 85 – 95% tanpa merusak kualitasnya. Pada umumnya dalam 1kg markisa terdapat 20 – 25 buah.
Untuk mengekspor buah segar, grading buah didasarkan pada diameter buah, yaitu :
  • § Ukuran kecil : 48 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 50 mm
  • § Ukuran sedang : 36 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 65 mm
  • § Ukuran besar : 24 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 80 mm
Ukuran menghasilkan sari buah markisa yang berkualitas baik, buah harus dipanen masak. Buah sebaiknya dipanen minimal pada saat kematangan mencapai 75% akan lebih baik jika buah dipanen masak, tetapi buah yang dipanen masak yaitu tang telah jatuh dari tangkainya akan cepat mengalami penurunan kadar air, sehingga kulitnya menjadi keriput. Namun demikian kondisi sari buahnya tetap tidak berubah. Dari 100 kg buah dapat dihasilkan sekitar 40 kg sari buah yang masih berbiji (pulp) atau 30 kg sari buah.
Pengolahan sari buah markisa cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh home industry. Tetapi untuk tujuan ekspor, industri markisa harus dapat menjaga kualitas dan hiegenis bahan. Hal ini belum dapat dilakukan oleh home industry. Ekspor yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah dalam bentuk sari buah yang masih tercampur buahnya (pulp). Proses ini cukup sederhana, yaitu buah markisa di belah dua, disendok pulp nya kemudian dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan langsung dibekukan (block quick freeze), kemudian di simpan di dalam cold storage selama menunggu pengapalan untuk diekspor.