anda pengunjung ke

Tuesday, January 15, 2013

BINCANG SERTIFIKASI GURU

MEMBINCANGKAN tunjangan profesi dan sertifikasi guru mungkin sudah basi. Namun bertepatan dengan momentum peringatan PGRI, tak ada salahnya sejenak menengok keberadaan guru profesional (guru lulus sertifikasi). Sebab, hingga saat ini sertifikasi guru masih menyisakan sejumlah permasalahan. Di samping itu, keberadaan guru-guru profesional juga belum membawa perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan.

Sebelum ada tunjangan profesi dan beragam jenis tunjangan lain, guru diidentikkan dengan sosok yang sederhana. Hidup ala kadarnya, tapi serbakecukupan meski tak mewah. Tak sedikit guru yang nyambi demi memenuhi kebutuhan hidup. Dari berdagang, menjadi tukang ojek, hingga bisnis kecil-kecilan.

Namun kini guru semakin memacu kompetensi diri. Perlahan mulai melakukan perubahan. Misalnya menggali informasi berkait dengan peningkatan kualitas dan prestasi siswa, meningkatkan kemampuan pedagogik dan menunjukkan semangat disiplin kerja tinggi. 

Adanya iming-iming tunjangan profesi membuat guru yang belum bersertifikat semakin bersemangat untuk menunjukkan diri sebagai guru profesional. Harapannya, dapat segera mengikuti sertifikasi dan memperoleh tunjangan profesi.

Sayangnya, setelah mendapatkan tunjangan profesi, gaya hidup seorang guru pun mengalami perubahan. Semula hidup dengan penuh kesederhanaan, kini berubah bergaya hedonis. Pakaian seragam dan aksesorinya pun mengikuti tren mode. Perubahan banyak terjadi pada penampilan dan gaya hidup jika dibanding dengan peningkatan kompetensi profesi. Tunjangan profesi belum mampu secara maksimal meningkatkan kinerja mereka.

Hasil Penelitian

Seperti yang banyak diberitakan di berbagai media atau hasil penelitian berkait gaya hidup guru setelah memperoleh tunjangan profesi. Sebagaimana hasil penelitian Purwanto, dkk dalam Journal of Educational Social Studies.
Dia menyimpulkan, gaya hidup seorang guru setelah menerima tunjangan profesi, konsumtif. Dengan gaji rata-rata lebih dari Rp 2 juta (PNS) ditambah tunjangan profesi, guru dapat memenuhi kebutuhan sekunder, entah dengan cara cash atau kredit. Dari membeli seragam dinas beserta aksesori yang lebih mahal dari sebelumnya. Melengkapi fasilitas rumah seperti AC, internet, atau berlangganan TV kabel.

Dr Nyayu Khodijah dalam penelitiannya, Kinerja Guru Pascasertifikasi menyimpulkan, kinerja guru pascasertifikasi secara keseluruhan masih di bawah standar. Dilihat dari aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta pengembangan profesi, semua menunjukkan tak ada perubahan berarti.

Pemberian tunjangan profesi oleh pemerintah pada hakikatnya untuk meningkatkan kompetensi. Yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Tidak semata-mata pada peningkatan kesejahteraan. Namun, mereka masih belum sungguh-sungguh menjalankan tuntutan profesionalitas dalam menjalankan peran
Sumber Suara merdeka 26-11-2012

No comments: