anda pengunjung ke

Wednesday, November 27, 2013

kalau masih bisa



GAYA LAMA
Gaya Lama.... begitu banyak orang menyebutnya. Ketika Negara sedang berkembang, rezim baru mulai dibangun. Kekuasaan bukan semata-mata sebagai alat untuk menyatakan kehebatan dan kemampuan saja, tapi kekuasaan merupakan ajang eksploitasi bagi kaum penguasa di jaman itu.
Begitu pula dengan keberadaan Sang Pejabat, pembodohan dilakukan bertahun-tahun, hingga mental menjadi bobrok, yang baik dan yang buruk sulit dibedakan , ketergantungan akan berbagai kemudahan dalam mengatasi berbagai persoalanpun muncul, hingga mesin yang lainpun tak mampu berjalan tanpa ada satu kendali. Ibarat anjing-anjing yang patuh pada sang majikan, meskipun hanya tulang belulang yang didapatkan.
Jaman telah berubah, tehnologi sudah bukan menjadi barang mewah, kehidupan mulai tertata rapi hingga memunculkan ribuan tenaga ahli. Demikian pula dengan kebijakan baru, membawa perubahan yang sangat ditunggu-tunggu.
Sang Pejabat pun tlah turun dari tahta, dibelakang sudah berderet-deret antrean cendikia, yang akan berupaya menyongsong kemajuan bersama. Roda telah berputar, itulah kehidupan ...
Namun apa yang terjadi, Sang Pejabat sangat berat hati, kekuasaan bertahun-tahun yang sarat dengan eksploitasi menghempaskannya pada posisi yang tak berarti . Setiap hari.. menit dan detik, tiada waktu selain untuk berhitung dan terus berhitung.
“ Aku belum siap”, dalam hati ia berucap. Perasaan yang menggebu tiada terelakkan lagi. Sekuat tenaga dinyanyikannya lagu lama. Kejayaan masa lampau tiada pernah kembali. Dengan hati bergetar mulutnyapun tiada henti berkoar, seakan sambung menyambung dilantunkannya “maju tak gentar”.
Hidup bukan sekedar berhitung, hidup bukan pula hanya untuk menentukan ribuan rencana, tapi hidup harus mengambil keputusan ...
Apa yang dilakukan belum tentu seperti apa yang  dibayangkan. Semua manusia mempunyai kebutuhan, ratusan...ribuan.... bahkan jutaan atau sampai tak terhitung. Tapi, bukan itu saja yang mengalahkan segalanya. Apakah tidak terbersit setitik rasa pengabdian di hati nurani, harga diri, moralitas, dan yang lebih utama adalah rasa Syukur sebagai makhluk Tuhan.

No comments: