anda pengunjung ke

Tuesday, January 15, 2013

SERTIFIKASI GURU INDONESIA

Hari Guru dirayakan pada 23 September di Brunei Darussalam. Di Turki, Hari Guru diperingati pada 24 November sejak 1928. Cyprus juga merayakannya. Di Malaysia dan Kolumbia, Hari Guru dirayakan pada 16 Mei. Hari Guru dinyatakan juga sebagai hari libur sekolah secara serentak di Singapura pada setiap 1 September.
Sementara di Indonesia, Hari Guru diperingati pada 25 November. Penetapannnya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 78 Tahun 1994 (78/1994) Tanggal: 24 November 1994 dan berlaku sejak tanggal penetapan, 24 November 1994. Namun, tidak seperti di Singapura, Hari Guru di Indonesia sesuai dengan diktum pertama Keppres, bukan merupakan hari libur nasional.
Yang menarik, negara memandang guru sebagai pilar penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, terutama dalam proses dan upaya pembangunan sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dalam pertimbangan dan dasar keppres yang menetapkan Hari Guru. Sayang, dalam praktiknya, kadang jauh panggang dari api. Guru kerap dinafikan negara, terutama menyangkut kesejahteraan
Poin penting dalam keprofesionalan guru adalah sertifikasi guru, dimana semua guru baik yang berpendidikan dengan latar belakang pendidikan – dengan gelar S.Pd. ataupun M.Pd.- maupun dengan latar belakang non pendidikan yang terdampar dan nyasar menjadi guru, semuanya harus disertifikasi agar sesuai dengan standar yang diinginkan pemerintah.
Sertifikasi guru adalah tahapan yang harus ditempuh seorang guru agar dia menjadi seorang “guru profesional”. Dengan dianggapnya seorang guru sebagai guru profesional, pemerintah pun akan memberikan tunjangan yang layak di luar gaji pokok dia sebagai seorang guru.
Akhirnya terjadilah para guru kini makin sering mengejar pengalaman-pengalaman baru, baik pengalaman mengajar maupun pengalaman di luar kelas, seperti penataran, pendidikan dan pelatihan, workshop, penelitian tindakan kelas, penyusunan karya ilmiah, pembuatan alat peraga dan sebagainya.
Dampak positifnya terasa nyata, para guru yang dulu memiliki stigma seolah-olah kurang gaul, kini makin eksis di dunia pendidikan, para guru makin aktif baik mengajar di kelas maupun kegiatan di luar kelas.
Dimana ada dampak positif pasti ada dampak negatif. Kenyataan yang terjadi di lapangan banyak sekali terjadi seorang guru yang hebat sehingga sudah menjadi guru inti, guru trainer dan instruktur dalam workshop dan sebagainya, malah kemudian lupa tugas utamanya sebagai guru, yaitu melaksanakan pembelajaran di kelas dan menerapkan metode-metode pembelajaran yang dia pelajari di kelas.



No comments: