OBROLAN KESEJAHTERAAN
Oleh Nanangyulistyawan
Mindset, apa itu ?
Merupakan bahasa Inggris dan gabungan dua kata. Mind yang
artinya akal, pikiran, ingatan . Sedangkan Set bisa diartikan perangkat atau
sekumpulan. Dalam hal ini bisa diartikan sebagai Pola pikir yang mempengaruhi
pola kerja. Atau bisa juga diartikan sebagai kepercayaan yang mempengaruhi
sikap seseorang tentang cara berfikir sehingga mempengaruhi perilaku seseorang.
Sebagaimana karakter, mindset juga terbentuk dari semua
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang baik secara sadar
maupun tidak. Untuk merubah mindset juga merupakan sesuatu yang tidaklah
gampang. Seperti prilaku kita sehari-hari, pikiran juga memiliki
kebiasaan-kebiasaan, dan jika kita hendak merubah mindset yang kita miliki,
maka cara terbaik adalah dengan merubah kebiasaan-kebiasaan berfikir yang
selama ini kita miliki.
Berikut sepenggal kisah tanya jawab antara seorang Pengawas
Pendidikan dengan Guru PNS
Pada suatu hari seorang pengawas sekolah menanyakan kepada
seorang guru PNS yang telah tersertifikasi. “Selain gaji per bulan,
kesejahteraan apa saja yang bapak peroleh di sekolah?” kata pak pengawas dengan
santun. “ Saya tiap bulan selain terima gaji PNS, masih dapat 1 x gaji pokok
pns, tiap bulan juga dapat kesejahteraan uang lain-lain dari sekolah, ya terus
terang saja pak, ngawasi tes sampai ngoreksi ada hitungannya sendiri, bahkan
tiap menjelang hari raya THR juga dapat dari sekolah, itu saja belum cukup,
kaos maupun baju kerja juga dapat, sampai-sampai 6 hari kerja bisa disulap jadi
5 hari kerja Pak” dengan bangganya sang guru PNS menjawab.
Ketika mendengar jawaban sang guru PNS, pengawas sekolah pun
menyambut dengan pertanyaan lain.”Pak Guru, apa bapak sudah puas dengan yang
bapak dapatkan?”katanya sambil tersenyum. Dengan ketus Guru PNS menjawab,”Kalo
saya hitung-hitung sih, itu belum cukup Pak, karena setiap hari untuk sarapan
di sekolah saya masih bayar sendiri, belum lagi untuk beli rokok, beli bensin,
kadang-kadang isi pulpen juga sering macet”. “Lalu bagaimana dengan cara bapak
mengajar di sekolah, apa sudah banyak perubahan dengan anak-anak di sekolah?”
tanya Pak Pengawas sambil mengatur tempat duduknya. “Kalau yang saya lakukan sih
biasa-biasa saja, apalagi disini sekolah desa jadi tidak cocok kalau diajar
dengan cara-cara modern”jawab guru PNS dengan jujur.
“Mestinya Bapak harus digaji dengan ketentuan lama karena
masih mengajar pakai cara lama, dan gaji baru kelihatannya tidak cocok untuk
Bapak yang mengajar di desa pinggiran semacam ini, lebih-lebih tambahan
sertifikasi, dan yang saya tidak habis pikir, mengapa sekolah masih memberikan
anggaran tambahan untuk kepentingan Bapak, bukankah pemerintah sudah mengatur
tentang penggunaan bantuan pemerintah digunakan untuk mencukupi operasional sekolah
khususnya pada anak didik sehingga untuk menyejahterakan siswa jadi bukan
sebaliknya, anggaran dialihkan untuk menyejahterakan Bapak !”kata Pak Pengawas
dengan nada tinggi.
Tak puas dengan perkataan Pak Pengawas, dengan nada tinggi
pula guru PNS menjawab,”Tapi sejak dulu kami sudah terbiasa dengan
KESEJAHTERAAN, dan itu sudah menjadi kebijakan sekolah”. “Bapak Guru yang baik
hati, kebijakan itu merupakan suatu aturan yang belum ada titik temu
penyelesaiannya sehingga perlu diambil keputusan, tapi kalau sudah jelas aturannya
dan itu bertentangan dengan peraturan yang ada diatasnya, bukan kebijakan
namanya, tapi penyimpangan lebih tepat untuk istilah itu, dan sangsi pula yang
akan didapatkan”, kata Pak Pengawas dengan penuh nasehat.”O..., jadi begitu ya
Pak, jadi selama ini yang kami lakukan tidak tepat ya?”, Kata guru PNS sambil
mengangguk-anggukkan kepala. “Betul Pak Guru, apa yang telah Bapak terima
setiap bulan merupakan tanggung jawab yang harus dibayar dengan pengabdian
tulus, dan itu belum cukup karena harus dipertanggungjawabkan pada masyarakat
dan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perlu Bapak ketahui sampai kapanpun KESEJAHTERAAN
tidak akan ada habisnya, sampai sertifikasi rangkap tiga pun masih belum juga
cukup, mengingat kebutuhan manusia itu tidak terbatas, tapi ada baiknya bila Bapak selalu berkarya mencari
kesejahteraan yang lain di luar sekolah sehingga tidak menjadikan sekolah
sebagai lahan eksploitasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pribadi Bapak”,kata
Pak Pengawas dengan bijak. “Terima Kasih Pak Pengawas, Bapak telah membukakan
pikiran saya, memang selama ini pola pikir saya selalu pada kebutuhan sehingga
selalu berujung pada tuntutan KESEJAHTERAAN, sampai-sampai saya lupa kalau hari
ini saya masih bernafas berarti Tuhan masih memberikan KESEJAHTERAAN pada saya,
putra putri saya yang sehat serta istri yang masih setia kepada saya, mestinya
saya harus lebih bersyukur atas anugerah-Nya”, kata guru PNS dengan rasa haru
dan penuh penyesalan”.
Dari sepenggal cerita diatas dapat diketahui bahwa mindset
akan terbentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dilakukan, sedangkan
pada cerita di atas mindset telah membelenggu diri sehingga takut akan adanya
perubahan. Tuntutan guru PNS akan kesejahteraan berlebih dari sekolah menjadikan
rasa ketergantungan yang sebenarnya menghambat pemikirannya sendiri, pola pikir
menjadi tidak logis serta cenderung tidak berkembang. Manusia mempunyai
keyakinan maupun kepercayaan dimana ada masalah disitu pula akan ada jalan
keluar. Pada masyarakat umum keyakinan akan menjadi modal dasar perilaku yang
diterapkan. Dan sekarang bagaimana kita mengatur mindset dengan tidak menyalah
artikan makna seperti penggalan cerita diatas tentang kesejahteraan.
No comments:
Post a Comment