anda pengunjung ke

Wednesday, November 27, 2013

NGALOR NGIDUL



OBROLAN KESEJAHTERAAN
Oleh Nanangyulistyawan

Mindset, apa itu ?
Merupakan bahasa Inggris dan gabungan dua kata. Mind yang artinya akal, pikiran, ingatan . Sedangkan Set bisa diartikan perangkat atau sekumpulan. Dalam hal ini bisa diartikan sebagai Pola pikir yang mempengaruhi pola kerja. Atau bisa juga diartikan sebagai kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang tentang cara berfikir sehingga mempengaruhi perilaku seseorang.
Sebagaimana karakter, mindset juga terbentuk dari semua pengetahuan dan  pengalaman yang dimiliki oleh seseorang baik secara sadar maupun tidak. Untuk merubah mindset juga merupakan sesuatu yang tidaklah gampang. Seperti prilaku kita sehari-hari, pikiran juga memiliki kebiasaan-kebiasaan, dan jika kita hendak merubah mindset yang kita miliki, maka cara terbaik adalah dengan merubah kebiasaan-kebiasaan berfikir yang selama ini kita miliki.
Berikut sepenggal kisah tanya jawab antara seorang Pengawas Pendidikan dengan Guru PNS
Pada suatu hari seorang pengawas sekolah menanyakan kepada seorang guru PNS yang telah tersertifikasi. “Selain gaji per bulan, kesejahteraan apa saja yang bapak peroleh di sekolah?” kata pak pengawas dengan santun. “ Saya tiap bulan selain terima gaji PNS, masih dapat 1 x gaji pokok pns, tiap bulan juga dapat kesejahteraan uang lain-lain dari sekolah, ya terus terang saja pak, ngawasi tes sampai ngoreksi ada hitungannya sendiri, bahkan tiap menjelang hari raya THR juga dapat dari sekolah, itu saja belum cukup, kaos maupun baju kerja juga dapat, sampai-sampai 6 hari kerja bisa disulap jadi 5 hari kerja Pak” dengan bangganya sang guru PNS menjawab.
Ketika mendengar jawaban sang guru PNS, pengawas sekolah pun menyambut dengan pertanyaan lain.”Pak Guru, apa bapak sudah puas dengan yang bapak dapatkan?”katanya sambil tersenyum. Dengan ketus Guru PNS menjawab,”Kalo saya hitung-hitung sih, itu belum cukup Pak, karena setiap hari untuk sarapan di sekolah saya masih bayar sendiri, belum lagi untuk beli rokok, beli bensin, kadang-kadang isi pulpen juga sering macet”. “Lalu bagaimana dengan cara bapak mengajar di sekolah, apa sudah banyak perubahan dengan anak-anak di sekolah?” tanya Pak Pengawas sambil mengatur tempat duduknya. “Kalau yang saya lakukan sih biasa-biasa saja, apalagi disini sekolah desa jadi tidak cocok kalau diajar dengan cara-cara modern”jawab guru PNS dengan jujur.
“Mestinya Bapak harus digaji dengan ketentuan lama karena masih mengajar pakai cara lama, dan gaji baru kelihatannya tidak cocok untuk Bapak yang mengajar di desa pinggiran semacam ini, lebih-lebih tambahan sertifikasi, dan yang saya tidak habis pikir, mengapa sekolah masih memberikan anggaran tambahan untuk kepentingan Bapak, bukankah pemerintah sudah mengatur tentang penggunaan bantuan pemerintah digunakan untuk mencukupi operasional sekolah khususnya pada anak didik sehingga untuk menyejahterakan siswa jadi bukan sebaliknya, anggaran dialihkan untuk menyejahterakan Bapak !”kata Pak Pengawas dengan nada tinggi.
Tak puas dengan perkataan Pak Pengawas, dengan nada tinggi pula guru PNS menjawab,”Tapi sejak dulu kami sudah terbiasa dengan KESEJAHTERAAN, dan itu sudah menjadi kebijakan sekolah”. “Bapak Guru yang baik hati, kebijakan itu merupakan suatu aturan yang belum ada titik temu penyelesaiannya sehingga perlu diambil keputusan, tapi kalau sudah jelas aturannya dan itu bertentangan dengan peraturan yang ada diatasnya, bukan kebijakan namanya, tapi penyimpangan lebih tepat untuk istilah itu, dan sangsi pula yang akan didapatkan”, kata Pak Pengawas dengan penuh nasehat.”O..., jadi begitu ya Pak, jadi selama ini yang kami lakukan tidak tepat ya?”, Kata guru PNS sambil mengangguk-anggukkan kepala. “Betul Pak Guru, apa yang telah Bapak terima setiap bulan merupakan tanggung jawab yang harus dibayar dengan pengabdian tulus, dan itu belum cukup karena harus dipertanggungjawabkan pada masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perlu Bapak ketahui sampai kapanpun KESEJAHTERAAN tidak akan ada habisnya, sampai sertifikasi rangkap tiga pun masih belum juga cukup, mengingat kebutuhan manusia itu tidak terbatas, tapi ada  baiknya bila Bapak selalu berkarya mencari kesejahteraan yang lain di luar sekolah sehingga tidak menjadikan sekolah sebagai lahan eksploitasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pribadi Bapak”,kata Pak Pengawas dengan bijak. “Terima Kasih Pak Pengawas, Bapak telah membukakan pikiran saya, memang selama ini pola pikir saya selalu pada kebutuhan sehingga selalu berujung pada tuntutan KESEJAHTERAAN, sampai-sampai saya lupa kalau hari ini saya masih bernafas berarti Tuhan masih memberikan KESEJAHTERAAN pada saya, putra putri saya yang sehat serta istri yang masih setia kepada saya, mestinya saya harus lebih bersyukur atas anugerah-Nya”, kata guru PNS dengan rasa haru dan penuh penyesalan”.
Dari sepenggal cerita diatas dapat diketahui bahwa mindset akan terbentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dilakukan, sedangkan pada cerita di atas mindset telah membelenggu diri sehingga takut akan adanya perubahan. Tuntutan guru PNS akan  kesejahteraan berlebih dari sekolah menjadikan rasa ketergantungan yang sebenarnya menghambat pemikirannya sendiri, pola pikir menjadi tidak logis serta cenderung tidak berkembang. Manusia mempunyai keyakinan maupun kepercayaan dimana ada masalah disitu pula akan ada jalan keluar. Pada masyarakat umum keyakinan akan menjadi modal dasar perilaku yang diterapkan. Dan sekarang bagaimana kita mengatur mindset dengan tidak menyalah artikan makna seperti penggalan cerita diatas tentang kesejahteraan.

No comments: