Tanaman markisa
(passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat
ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut
sekurang-kurangnya 50 diantaranya dapat dikonsumsi buahnya. Diantara
spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah
markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning
(Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar
negeri adalah passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow
granadilla fruit atau meracuja.
Jenis tanaman markisa yang dimaksud dalam lending model ini adalah
markisa asam untuk industri yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f.
edulis Sims)
Lokasi
Tanaman markisa merupakan
tanaman subtropis, sehingga jika ditanam di Indonesia harus di
daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 800 – 1.500 m dpl dengan
curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 –
90%, suhu lingkungan antara 20 – 30oC, tidak banyak angin.
Tanah
Tanaman markisa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama pada yang
gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 – 7,5
dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan
kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman
markisa adalah dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang
berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih
harus dibuat terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman.
Pembibitan
Tanaman jenis tanaman yang umum dibudidayakan oleh petani adalah jenis
markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini mempunyai batang yang kecil,
perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada
jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang mempunyai batang yang cukup
besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya
kurang disukai karena rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh
karena itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu
sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik
sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata
hasilnya cukup memuaskan.
Dalam model kelayakan usaha budidaya markisa ini disarankan agar plasma
menanam markisa dengan bibit sambungan dan untuk semua besaran teknis
yang diberikan berikut ini, ditunjukkan untuk budidaya tanaman markisa.
Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah, yaitu kegiatan
mulai dari land clearing sampai lahan siap tanam. Untuk kegiatan
tersebut diperlukan tenaga kerja sekitar 95 HOK per ha. Selanjutnya di
buat lubang tanaman dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Untuk pembuatan
lubang tersebut 1 HOK dapat menyelesaikan 30 lubang perhari.
Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris
tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya
adalah 1.000 pohon per ha.
Tanaman markisa adalah tanaman merambat, untuk itu perlu dibuatkan tiang
rambatan. Tiang rambatan dapat dibuat dari pohon hidup, misalnya
lamtoro, tonggak kayu atau bambu. Cara rambatan lain dengan menggunakan
kawat yaitu diantara dua tiang disambungkan sebuah kawat rambatan yang
berdiameter berkisar 3 mm.
Sesuai hasil penellitian yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Hortikultura Berastagi,
penggunaan tiang rambatan dengan pucuk bambu (tanpa kawat) memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman markisa serta jumlah
buah dan berat buah per pohon dibandingkan dengan tiang rambatan dengan
penggunaan kawat (sistem para-para tiang jemuran dan sistem memakai
kawat).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan interval 3 kali per tahun pada bulan November
s/d Mei. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk makro, yaitu urea
dengan dosis 800 – 900 gram/pohon/tahun, TSP yaitu 60 – 120
gram/pohon/tahun dan KCl dengan dosis 800 – 1.200 gram/pohon per tahun,
tergantung dari umur tanaman. Untuk tanah yang masam sebaiknya diberi
dolomit dengan dosis 200 – 500 gram per pohon per tahun. Selain itu
diperlukan juga pupuk organik yang diberikan dengan dosis 40 kg per
pohon per tahun. Pupuk organik biasanya di berikan sebagai pupuk dasar
diberikan sebagai pupuk dasar.
Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan tersebut adalah 8 – 12 HOK per ha per tahun, untuk pemupukan.
Plant Maintenance
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah kegiatan penyiangan,
pengairan dan pemangkasan tanaman. Penyiangan tanaman dilakukan secara
berkala untuk menggemburkan tanah dan mencabut rumput yang ada disekitar
tanaman.
Pembersihan air secara teratur pada tanaman sangat dianjurkan, terutama
pada saat tanaman berbunga dan berbuah. Kebutuhan air akan meningkat
pada saat mendekati pemasakan buah. Jika pada saat buah itu tanaman
kekurangan air, buah akan berkerut dan jatuh sebelum masak.
Pemangkasan tanaman diperlukan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru tempat
dimana bunga akan muncul. Kegiatan ini dilakukan segera setelah selesai
panen.
Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan tanaman diperkirakan antara 15 – 18 HOK per ha per tahun tergantung dari umur tanaman.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Tanaman markisa sangat rentan terhadap nematoda, khususnya yang jenis
ungu (edulis), sedangkan yang kuning (flavicarpa) cukup resisten.
Serangan nemotoda akan mempercepat kematian tanaman. Selain nematoda,
beberapa jenis penyakit seperti Fusarium Wilt (Fisarium oxysporum f. sp.
Passiflrae). Phytophthora Blight (Phytopthora nicotianae) dan bercak
coklat (Alternaria passiflorse) serta hama bekicot yang dapat berkembang
baik di daerah dingin, juga menyerang tanaman ini. Beberapa jenis
pestisida yang banyak digunakan antara lain adalah insektisida :
Perfekthion 400 EC, Tiodan 35 EC dan Rhocap 10 G, fungisida : Dithane M
45 dan Vitigran Blue serta nemotocida : Nemacur 400 R. Kebutuhan tenaga
kerja disesuaikan dengan kondisi serangan hama penyakit, namun demikian
secara normal diperkirakan antara 20 – 25 HOK per ha per tahun.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah setelah berumur 9 –
10 bulan, sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal,
yaitu sekitar 7 bulan. Warna buah yang pada mulanya berwarna hijau muda,
akan berubah menjadi ungu tua (edulis) atau kuning (flavicarpa) ketika
masak. Sejak pembungaan diperlukan waktu 70 – 80 hari untuk menjadi buah
masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya
dan jatuh di atas tanah. Untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik,
buah markisa harus dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah
markisa ungu mempunyai rasa lebih manis dan beraroma lebih kuat dari
pada markisa kuning. Kandungan karbohidrat dan asam-asam organik kedua
jenis markisa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Produksi markisa ungu dari perkebunan rakyat bervariasi antara 5 – 10
ton ha per tahun, padahal produksi tersebut dapat ditingkatkan sampai 15
ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara markisa
kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas,
produksi markisa diharapkan akan meningkat antara 20 – 30 ton per ha per
tahun
Sumber :
1. Jagtiani, J H.T Chan Jr and W.S Sakai 1988. Tropical Fruit Processing. Academic Press. Inc San Diego, California, USA.
2. Ashurst, P. R 1995 Food Flavourings Blackie Academic & Professional. Bishopbriggs, Glascow, UK.
Pasca Panen
Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar
atau sari buah berbeda. Buah markisa termasuk buah klimaterik, untuk itu
jika buah tersebut akan dijual sebagai buah segar, sebaiknya buah panen
pada saat persentase warna ungu mencapai 50 – 70% dan disisakan tangkai
buah ± 3 cm. Buah tersebut harus dijaga kenampakan kulit buahnya, yaitu
tetap mulus, tidak berkeriput. Buah markisa dapat disimpan selama 4 – 5
minggu pada suhu 70C dan kelembaban nisbi 85 – 95% tanpa merusak
kualitasnya. Pada umumnya dalam 1kg markisa terdapat 20 – 25 buah.
Untuk mengekspor buah segar, grading buah didasarkan pada diameter buah, yaitu :
- § Ukuran kecil : 48 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 50 mm
- § Ukuran sedang : 36 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 65 mm
- § Ukuran besar : 24 buah per 3,5 kg dengan diameter ± 80 mm
Ukuran menghasilkan sari buah markisa yang berkualitas baik, buah harus
dipanen masak. Buah sebaiknya dipanen minimal pada saat kematangan
mencapai 75% akan lebih baik jika buah dipanen masak, tetapi buah yang
dipanen masak yaitu tang telah jatuh dari tangkainya akan cepat
mengalami penurunan kadar air, sehingga kulitnya menjadi keriput. Namun
demikian kondisi sari buahnya tetap tidak berubah. Dari 100 kg buah
dapat dihasilkan sekitar 40 kg sari buah yang masih berbiji (pulp) atau
30 kg sari buah.
Pengolahan sari buah markisa cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan
oleh home industry. Tetapi untuk tujuan ekspor, industri markisa harus
dapat menjaga kualitas dan hiegenis bahan. Hal ini belum dapat dilakukan
oleh home industry. Ekspor yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah
dalam bentuk sari buah yang masih tercampur buahnya (pulp). Proses ini
cukup sederhana, yaitu buah markisa di belah dua, disendok pulp nya
kemudian dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan langsung
dibekukan (block quick freeze), kemudian di simpan di dalam cold storage
selama menunggu pengapalan untuk diekspor.
No comments:
Post a Comment